PDM Kabupaten Tegal - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Tegal
.: Home > Artikel

Homepage

Komunikasi Efektif Menurut Islam

.: Home > Artikel > PDM
09 Juni 2016 12:08 WIB
Dibaca: 2231
Penulis : Fathin Hammam (FaHam) Alumni Fakultas Komunikasi Universitas Islam Bandung & Bendahara PDM Kab Tegal

Sejak bayi, manusia telah memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, yakni melalui tangisan serta ekspresi wajah. Karena komunikasi merupakan “bakat alam” manusia yang sudah dimiliki secara alami, maka banyak yang menganggap jika komunikasi adalah sesuatu yang biasa-biasa saja dan tidak perlu dipelajari. Pada kenyataannya, komunikasi merupakan proses yang sangat kompleks. Hal ini terjadi karena komunikasi tidak melibatkan satu individu, namun juga melibatkan individu-individu lain dengan sifat dan latar belakang yang berbeda.

 

Semua orang dapat berkomunikasi, bahkan menurut ahli, rata rata 70 % waktunya setiap hari di gunakan untuk berkomunikasi, tetapi tidak semuanya mampu berkomunikasi secara efektif. Lalu apa itu komunikasi yang efektif? Komunikasi yang efektif dapat dipahami sebagai komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang lain. Perubahan sikap ini biasanya terlihat pada proses maupun masa pasca komunikasi. Komunikasi yang efektif biasanya memiliki tujuan untuk memudahkan orang lain dalam memahami pesan yang disampaikan oleh seorang pemberi pesan (komunikator).

 

Selain itu, komunikasi yang efektif juga bertujuan supaya informasi yang disampaikan dapat menimbulkan feedback dari si penerima pesan (komunikan). Karena alasan-alasan tersebut, maka proses komunikasi yang efektif haruslah dilakukan dengan menggunakan bahasa yang jelas dan dapat dipahami oleh orang lain. Dalam perspektif Islam, komunikasi disamping untuk mewujudkan hubungan secara vertikal dengan Allah Swt, juga untuk menegakkan komunikasi secara horizontal terhadap sesama manusia. Komunikasi dengan Allah Swt tercermin melalui ibadah-ibadah fardhu (salat, puasa, zakat dan haji) yang bertujuan untuk membentuk takwa. Sedangkan komunikasi dengan sesama manusia terwujud melalui penekanan hubungan sosial yang disebut muamalah, yang tercermin dalam semua aspek kehidupan manusia, seperti sosial, budaya, politik, ekonomi, seni dan sebagainya. Soal cara (kaifiyah), dalam Alquran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaedah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam Islam.

 

Dalam berbagai literatur ditemukan tentang bagaimana komunikasi dalam Islam, setidaknya ada enam jenis gaya pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaedah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni: Qaulan Sadida, Qaulan Baligha, Qulan Ma’rufa, Qaulan Karima, Qaulan Layinan, dan Qaulan Maysura. (1).Qaulan Sadida, berarti pembicaran, ucapan, atau perkataan yang benar, baik dari segi substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata bahasa). Dari segi substansi, komunikasi dalam Islam harus menginformasikan atau menyampaikan kebenaran, faktual, jujur, tidak berbohong, juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta.

Sebagaimana hadits Rasulullah saw: “Katakanlah kebenaran itu walaupun pahit rasanya” (H.R. Ibnu Hibban). Dari segi redaksi, komunikasi dalam Islam harus menggunakan kata-kata yang baik dan benar, baku, sesuai kaedah bahasa yang berlaku. Sebagaimana hadits Rasulullah saw.: “Dan berkatalah kamu kepada semua manusia dengan cara yang baik” (QS. Al-Baqarah:83).

 

(2)Qaulan Baligha, “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.” (QS An-Nissa :63).

 

Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka.

 

“Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas) mereka” (H.R. Muslim). (3)Qaulan Ma’rufa: Kata Qaulan Ma‘rufa disebutkan Allah dalam al-Qur’an surat An-Nissa ayat 5 dan 8, al-Baqarah ayat 235 dan 263, serta Al-Ahzab ayat 32. Qaulan Ma’rufa artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun, (tidak kasar), dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan. Qaulan Ma’rufa juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat). “Qulan Ma’rufa –perkataan yang baik– dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS. Al-Baqarah: 263).

 

(4)Qaulan Karima, yaitu perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama. Dalam al-Qur’an (Al-Isra: 23), perkataan yang mulia wajib dilakukan saat berbicara dengan kedua orangtua. Kita dilarang membentak mereka atau mengucapkan kata-kata yang sekiranya menyakiti hati mereka.

 

Qaulan Karima harus digunakan khususnya saat berkomunikasi dengan kedua orangtua atau orang yang harus kita hormati. (5)Qaulan Layina,”Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina –kata-kata yang lemah-lembut…” (QS. Thaha: 44). Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata-kata sindiran, bukan dengan kata-kata terus terang atau lugas, apalagi kasar. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk menerima pesan komunikasi kita. Dengan demikian, dalam komunikasi Islam, semaksimal mungkin dihindari kata-kata kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras dan tinggi. (6)Qaulan Maysura:”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura –ucapan yang mudah” (QS. Al-Isra: 28).

 

Qaulan Maysura bermakna ucapan yang mudah, yakni mudah dicerna, mudah dimengerti, dan dipahami oleh komunikan. Komunikasi merupakan hal yang penting bagi kesuksesan seseorang, karir dan bisnis anda akan terhambat jika tidak mampu berkomunikasi dengan baik. Bahkan semakin popular, semakin tinggi jabatan dan kedudukan seseorang kemampuan berkomunikasi harus mahir dan efektif. Dia harus semakin hati-hati, karena perkataannya akan diliput secara massive, bahkan bisa diplintir dan diekspose jika ada kekurangan.

 

Di bulan Ramadhan ini, merupakan sarana latihan bagi manusia untuk dapat berkomunikasi sesuai dengan tuntunan di atas. Rasulullah saw bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a.:”Apabila seorang dari kamu sekalian berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan berteriak. Bila dicela orang lain atau dimusuhi, maka katakanlah: “Aku ini sungguh sedang puasa”. Dalam hadits lain disebutkan: Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang tidak mampu meninggalkan perkataan dusta, dan melakukan perbuatan dusta, maka Allah tidak membutuhkan lapar dan dahaga mereka” (HR Bukhari dan Abu Dawud). Mari kita jadikan Ramadhan tahun ini sebagai sarana latihan untuk menjaga etika dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Wa Allahu A’lam bi Shawab


Tags: Komunikasi , Efektif , Menurut , Islam
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori : DAKWAH

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website