PDM Kabupaten Tegal - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Tegal
.: Home > Artikel

Homepage

GERAKAN KAUM MUDA, ANTARA SEJARAH & TANTANGANNYA (Catatan untuk Milad Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah)

.: Home > Artikel > PDM
16 Mei 2016 19:16 WIB
Dibaca: 1967
Penulis : Fathin Hammam, S.Sos

PADA Mei ini , dua ortom Muhammadiyah, diingatkan kembali dengan bulan berdirinya, yaitu Pemuda Muhammadiyah (PM) dan Nasyiatul Aisyiyah (NA). Tahun ini PM memasuki usia 84 tahun dan NA memasuki usia 85 tahun. Sekalipun usianya sudah termasuk kategori “tua”, tapi PM dan NA tetap dan akan terus menjadi gerakan kaum muda dengan semangat Pelopor, Pelangsung dan Penyempurna Perjuangan .

 

Maka, menyambut bulan milad ini, ada baiknya kita merefleksikan kembali seputar peran gerakan muda, antara sejarah dan tantangan ke depannya. Rasanya tidak pernah selesai jika kita bicara tentang gerakan kaum muda. Membicarakan kaum muda berarti kita tengah membicarakan suatu kelompok masyarakat yang sesungguhnya memiliki peran sangat strategis dalam dinamika sosial suatu masyarakat secara keseluruhan. Kaum muda (baca; pemuda dan mahasiswa) adalah identik dengan semangat membara dan darah yang tengah menggelora. Pendek kata, kaum muda adalah simbol vitalitas dan keberanian.

 

Dalam sejarah peradaban dunia tidak dapat disangkal lagi bahwa terjadinya suatu gerakan perubahan di sebuah masyarakat dan bangsa selalu dimotori oleh creative minority, yaitu sekelompok komunitas yang jumlahnya tidak banyak (baca; minoritas) tapi memiliki potensi dan energi yang dahsyat, mereka itulah kaum muda, selain karena potensi fisik, sosial, intelektual, idealisme juga karena adanya semangat perubahan dengan segala sesuatu yang bersifat ststus quo. Oleh karenanya, banyak sebutan-sebutan lain yang disandangkan bagi kaum muda, beberapa di antaranya seperti sebutan “agent of change”, “director of change”, “agent of social control”, “agent of development”, “iron stock leader” dan lain sebagainya.

 

KAUM MUDA DALAM LINTASAN SEJARAH

 

Dalam wacana kepemudaan, biasanya selalu muncul romantisme kesejarahan akan peran vital pemuda. Bagi pemuda Indonesia umumnya merujuk peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928, perjuangan kemerdekaan tahun 1945, penumpasan PKI tahun 1965, hingga perjuangan mahasiswa di era reformasi tahun 1998 yang menumbangkan Orde Baru. Romantisme terhadap heroisme dalam beberapa hal menjadi sesuatu yang wajar, terlebih ketika rezim penguasa yang otoriter kerap digambarkan sebagai sebuah tembok raksasa yang harus dijebol.

 

Dalam sejarah peradaban Islam juga bisa kita temukan berbagai kisah dari anak-anak muda pemberani di setiap zamannya. Perlawanan dan pembelaan adalah energi dari lahirnya sebuah peradaban, dan energi itu kemudian lahir dari sebuah kegelisahan. Nabi Ibrahim AS membuktikannya. Ibrahim muda tanpa takut dan segan, hadir di tengah-tengah umatnya menyerukan idealismenya untuk menegakan ajaran Allah. Bukan tanpa pertentangan dan perlawanan. Dan tidak tanggung-tanggung, lawan yang dihadapi adalah penguasa besar saat itu, Raja Namrud. Namun sebesar apapun kuasa Raja Namrud, tidak mampu membendung energi besar berupa perlawanan dan daya kritis dari Ibrahim. Maka lahirlah peradaban baru itu, lahirlah sebuah era dimana Islam menempatkan diri sebagai Rahmatan lil A’lamin. Ibrahim adalah energi itu. Kelak, ia diberi gelar terhormat; Bapaknya para Nabi. Sejarah juga tidak pernah luput mencatat anak muda pemberani bernama Muhammad Al- Fatih Murad. Anak muda pemberani yang dipercaya memimpin suatu misi besar Islam, menaklukkan Konstantinopel. Usianya tidak lebih dari 19 tahun ketika ia dipercaya untuk melakukan tugas berat itu. Tetapi usia muda bukanlah sebuah halangan, justru kemudian menjadi sebuah keunggulan besar, lagi-lagi karena energinya yang besar, karena semangatnya yang senantiasa menyala. Akhirnya Konstantinopel (sekarang Negara Turki) pun menjadi bagian dari negeri Islam, hingga kini.

 

Sejarah Islam lainnya juga mencatat dengan jelas peran para pemuda. Ada pemuda Ashabul Kahfi yang tegar melawan tiran Dikyanus yang zhalim. juga para pemuda sahabat Rasulullah seperti Ali bin Abi Thalib RA, Mushab bin Umair RA, Usamah bin Zaid RA, Bilal RA. Mereka yang masih berusia muda tak segan-segan mengorbankan diri demi menegakkan kebenaran.

 

Seorang ahli sejarah berkata : ”Banyak para pemuda yang masuk dalam pangkuan Islam. Mereka berasal dari keluarga dan kabilah terhormat, dan pikiran utama yang bisa kita kemukakan dari sejarah kaum muslimin pertama adalah bahwa Islam pada dasarnya adalah gerakan pemuda ” (Montgomery Watt, Muhammad di Makkah)

 

DEMORALISASI, TANTANGAN PEMUDA

 

Kisah mempesona para pejuang muda dari masa nabi sampai era reformasi ternyata tidak semua bisa diikuti oleh para pemuda saat ini, sebab disamping ada pemuda yang menjadi aset kekuatan positif dan kebaikan, ada pula pemuda yang justru menggunakan potensi mudanya justru untuk sebaliknya. Mereka justru berpihak pada kebatilan, menentang dan menghadang arus kebenaran. Mereka menjadi kaum muda yang pragmatis, hedonis, materialistis dan kehilangan idealis dan daya kritis. Seorang ulama Pakistan, Abul A’la Al Maududi memberi gambaran pemuda sebagai berikut : “Potensi pemuda ini tak ubahnya seperti pedang nan tajam. Ia bisa digunakan oleh pejuang Allah dan dapat pula digunakan oleh para perampok.”

 

Memang tak dapat dipungkiri, pemuda juga merupakan bagian dari makhluk sosial yang tidak bisa terpisahkan dari interaksi sosial sekitarnya. Disamping memiliki idealisme dan semangat yang cukup tinggi, maka tantangan yang ada di depan matanya juga tidak sedikit. Manusia secara fitrah dan naluri menghajatkan sentuhan sosial untuk berbagai kebutuhan dasar kehidupan. Kesejahteraan, cinta lawan jenis, kecukupan ekonomi untuk hidup, rasa keamanan, perlindungan terhadap hak milik, dan hak asasi adalah contoh kebutuhan sosial yang tidak terelakkan. Yang menjadi tantangan dan permasalahan adalah, banyak perubahan-perubahan sosial yang harus dihadapi oleh kaum muda dimana bertentangan dengan nilai-nilai idealisme yang diperjuangkannya.

 

Dalam arus perubahan sosial, politik, ekonomi dan budaya yang semakin dan terus bertambah cepat, maka pemuda dihadapkan kepada problematika-problematika internal yang juga tidak terpisahkan dengan problematika personal, sosial atau keumatan. Problem internal personal misalnya gaya hidup hedonis, lemahnya pemahaman agama atau pemahaman agama yang masih parsial, ketidakmampuan memelihara nafsu seks/syahwat yang sedang menggelora atau rendahnya motivasi untuk berusaha/bekerja memenuhi nafkah hidupnya sehingga lebih memilih untuk menganggur dari pada berwirawasta. Dalam kondisi yang penuh dengan tantangan internal dan eksternal seperti ini maka semangat untuk mempertahankan idealisme di kalangan kaum muda membutuhkan kekuatan iman,ilmu, moral dan perjuangan mental agar tidak mudah tergoda berbagai rayuan dan godaan yang bisa menjerumuskan masa depannya. Terlebih di tengah merebaknya faham hedonisme, materialisme dan pragmatisme.

 

SOLUSI

 

Kini saatnya gerakan pemuda (baca PM dan NA) menjawab semua tantangan yang menghadang. Bagaimana caranya?

 

 

Pertama, adalah dengan menguatkan sendi-sendi keIslaman dalam diri kita. Kadang, pemahaman Islam yang dangkal adalah penyebab dari jauhnya kita dari nilai-nilai Islam itu sendiri. Padahal salah strategi besar dari musuh-musuh Islam bukanlah memurtadkan dan memindah-agamakan Umat Islam, akan tetapi dengan cara menjauhkan mereka dari nilai-nilai Islam itu sendiri, sehingga pada akhirnya budaya-budaya negatif Barat akan sangat mudah masuk ke dalam kehidupan para Pemuda Islam. Inilah yang kemudian harus dicegah sedini mungkin oleh kita.

 

Kedua, berdakwah dan menjaga ukhuwah. KeIslaman kita bukanlah untuk diri kita pribadi, akan tetapi juga untuk orang lain, untuk lingkungan dan kemanusiaan. Itulah esensi dakwah. Maka saatnya kita menyeru untuk kembali kepada jalan agama Allah. Jalan yang telah dijanjikan oleh Allah dengan surga sebagai balasannya. Maka pemuda harus menjadi penyeru-penyeru yang handal. Selalu gelisah dan risau ketika menemukan kedzaliman,kemaksiatan,ketidakadilan yang ada di sekitarnya, dan akhirnya bergerak bersama untuk meluruskannya kembali ke jalan yang benar. Itulah hakikat pemuda sejati, hakikat dari energi besar seorang pemuda.

 

Ketiga, terus berusaha untuk meningkatkan kualitas dan kapabilitas pribadi sebagai upaya untuk menyesuaikan diri dengan zaman yang semakin maju dan selalu berubah. Jangan pernah lupa bahwa Allah akan meninggikan derajat bagi orang-orang yang berilmu (Al-Mujadalah ; 11).

 

Secara sederhana, solusi yang bisa kita lakukan adalah :

1. Belajar Islam  Iman dan taqwa.

2. Melaksanakan ibadah (Islamisaasi kehidupan)  ibadah khusus dan ibadah umum.

3. Berukhuwah Islamiyyah  bersatu padu dan tidak berpecah belah.

4. Berdakwah dan melakukan kegiatan keIslaman  mengajak yang makruf dan melarang yang munkar.

5. Selalu meng up-grade kemampuan di bidangnya masing-masing.

6. Tahapan ini saling berkaitan dan tidak terpisah.

 

Proses pembentukan ini saling mengisi dan sambil berjalan. Pribadi pemuda yang selalu berbuat positif, produktif dan kontributif , insya Allah akan dapat mengatasi problematika internal dan juga dapat mengatasi kendala eksternal sehingga akan dapat memecahkan masalah umat dengan melakukan islahan (reformer) dan tajdidan (innovator).

Wallahu a’lam bishowab.

 

Adiwerna, 16 Mei 2016

 

Fathin Hammam S.Sos

Ketua PDPM Kab Tegal periode 2002-2007 dan Bendahara PD. Muhammadiyah Kab. Tegal.


Tags: PM , NA , gerakanpemuda ,
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori : gerakan pemuda

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website