PDM Kabupaten Tegal - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Tegal
.: Home > Artikel

Homepage

Apa Kabar Generasi Hari Ini?

.: Home > Artikel > PDM
17 Mei 2016 10:18 WIB
Dibaca: 2102
Penulis : Moh. Noval. Husein (Bidang Advokasi PW IPM Jawa Tengah)

MEMBACA lembaran-lembaran sejarah peradaban masa lampau selalu menakjubkan. Kejayaan Islam selalu diisi oleh generasi-generasi muda yang tangguh dan gigih dalam berjuang untuk agamanya. Bagaimanapun juga para pemuda selalu menjadi pelopor. Seperti kisah Nabi Ibrahim saat remaja yang dengan berani menegur dan memperingatkan ayahnya yang menyembah berhala. Demikian pula Nabi Ibrahim yang saat itu muda, berani memperingatkan raja Namrudz meskipun ia harus menghadapi kemurkaan. Juga kita bisa lihat bagaimana perjuangan Nabi Muhammad dalam menegakkan Islam yang mendapat dukungan dari kalangan pemuda Arab saat itu yang mendapat bimbingan serta pengarahan dari Rasul sendiri. Kelak di kemudian hari, para pemuda tersebut menjadi tokoh besar dalam sejarah Islam seperti: Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khatab, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Muadz bin Jabal, Zaid bin Tsabit & Khalid bin Walid.

 

Berikutnya kita bisa melihat sosok Muhammad Al- Fatih. Sosok panglima muda yang terinspirasi ucapan Rasulullah hingga akhirnya mampu menaklukkan konstantinopel. Ada juga Solahudin Al Ayyubi, di usianya yang baru menginjak 23 tahun ia mampu menaklukkan pasukan tentara salib dan merebut kembali Baitul Maqdis. Di Indonesia kita juga mengenal banyak tokoh seperti KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah. Di usia mudanya ia berani merubah tradisi di masyarakat yang tidak sesuai dengan ajaran islam. Ada juga Jenderal Soedirman yang mampu mendapatkan puncak pangkat kemiliteran tertinggi pada usia 29 tahun. Subhanalloh.

 

Namun kita harus menahan nafas sejenak melihat wajah generasi muda Islam saat ini. Media akhir-akhir ini banyak memberitakan kabar yang menampar wajah umat Islam. kualitas pemudanya jauh diharapkan. Mereka bak raksasa yang terpasung. Sesungguhnya memiliki kekuatan dahsyat mendobrak kemajuan dan perubahan, namun hanya bisa terlamun dalam fatamorgana globalisasi yang tak terarah. Budaya hedonisme dan hura-hura telah melupakan tugas utamanya menjadi agent of change ( tokoh-tokoh pengggerak perubahan) terombang ambing oleh derasnya arus ghazwul fikri musuh-musuh islam lewat teknologi.

 

Lihatlah bagaimana aktifitas pemuda saat ini? Tradisi konvoi membabi buta merayakan kelulusan masih banyak kita jumpai. Pesta miras dan narkoba mulai banyak digemari. Serta akhir-akhir ini kejahatan seksual yang mulai mendekat ke ranah pelajar. Kasus Yuyun pelajar yang diperkosa 14 pemuda yang juga kakak kelasnya hingga terbunuh harusnya menjadi bahan muhasabah bagi kita para orangtua. Yaitu agar mampu membina dan menjaga anak-anaknya dari segala macam bentuk kesesatan-kesesatan yang diinginkan musuh-musuh Islam dalam rangka menghancurkan generasi umat masa depan hingga Islam mengalami kelesuan generasi dan selalu kalah oleh kaum kafir.

 

“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti millah (agama) mereka. ...” (QS. Al-Baqarah : 120) dan “... Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup. ...” (QS. Al-Baqarah : 217).

 

Ayat – ayat ini merupakan peringatan keras kepada kita semua bahwa mereka tidak akan berhenti membunuh akidah generasi muda kita dengan berbagai cara. Sebagaimana perkataan salah satu tokoh missionaris dunia “I come to meet the Moslems, not with arms but with words, not by force but by reason, not in hated but in love.” ( Peter The Venereble ( Biarawan ) (1094-1156).

 

Mungkin kita muslim Indonesia tidak seperti muslim di Palestina atau Syiria dan belahan dunia lainnya yang diintimidasi dengan kekuatan militer, namun sesungguhnya invasi pemikiran yang mereka lancarkan kepada generasi muda Islam di Indonesia lebih berbahaya. Sebab, tidak mematikan jazad namun mematikan iman dan akidah serta mencabut rasa bangga dalam hati generasi muda kepada Islam. Naudzubilah Sungguh mereka menebarkan benih – benih keragu-raguan pada agamanya, tasywih (tidak bangga dengan agamanya), tadzwiib ( mencampuradukkkan pemikiran ) dan taghrib (menjadikan barat sebagai kiblat budaya) kepada generasi muda Islam sehingga mereka akan kehilangan jati diri sebagai seorang muslim.

 

Kalau sudah seperti ini, lantas apa yang harus kita lakukan? Untuk para pemuda setidaknya kita kembali merenungi sebuah masa yang tak akan datang kembali. Pemuda adalah sosok yang menjadi harapan bagi kedua orang tua, bangsa dan agamanya. Jihad Islam pemuda adalah harapan untuk meneruskan perjuangan.

 

Dalam suatu hadits Nabi pernah bersabda sebagai berikut: “Tidak akan beranjak kaki anak Adam pada hari kiamat dari sisi Tuhannya sampai ditanya tentang 5 perkara: tentang umurnya dihabiskan dimana, tentang masa mudanya dihabiskan untuk apa, tentang hartanya dari mana dia dapatkan dan kemana dibelanjakan dan tentang ilmunya diamalkan untuk apa.” (H.R. At Tirmidzi).

 

Dari hadits ini menunjukkan bahwa masa muda adalah salah satu kenikmatan yang akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah SWT. Pemuda dengan fisik yang masih sehat dan kuat serta penuh semangat, daya pikir yang masih segar sehingga dapat menimba ilmu dan keterampilan sebanyak-banyaknya, mau menerima pemikiran dan ide baru sehingga para pemuda selalu menjadi pelopor dalam berbagai hal. Dibanding generasi tua yang meskipun dari segi fisik sudah banyak berkurang, namun generasi tua lebih menang pengalaman sehingga dalam melakukan tindakan lebih cenderung berhati-hati dan penuh perhitungan, puas dengan pemikiran pada zamannya dan cenderung melihat segala hal pada zamannya lebih baik daripada zaman generasi selanjutnya. Sehingga tidak heran hal inilah yang menjadi pertentangan antara para pemuda dengan generasi tua. generasi yang tak peduli dengan masa depan agama mereka-termasuk mayoritas muslim- dengan melakukan segala hal yang tidak membawa kaidah dan manfaat bagi diri mereka, agama, nusa dan bangsa. Sebab, yang mereka lakukan hanya memenuhi kebutuhan dan kepuasan hidup kendati pun menghalalkan berbagai cara demi mendapatkannya. Padahal, di sekitar mereka banyak sekali dijumpai fakir miskin, anak-anak yatim dan orang yang hidup kekurangan, namun mereka sengaja menutup mata, hati, dan telinga mereka dengan kesombongan dan sikap takabur.

 

Generasi semacam itu lebih mementingkan duniawi sebagai bentuk pemujaan terhadap hedonisme dan materialisme yang hakikatnya hanyalah tipuan dunia yang semu, fana, menyesatkan dan menyengsarakan ketika di akhirat kelak Kami hanya ingin mengajak pemuda Islam mari membangun optimisme ke depan bahwa kita harus bangkit bangun dari keterpurukan. Menjadi generasi penebar manfaat sesuai sabda nabi,

 

“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lainnya” ( al-hadits) dan bukan menjadi generasi sampah yang tidak memiliki visi dalam hidup dan lesu karya dalam menyemarakkan dakwah.

 

Untuk para orang tua jadilah seseorang yang amanah dalam menerima titipan Allah berupa anak. Jangan sampai lengah mendidik anak yang menjadi penyebab kita terjerumus ke dalam siksa api neraka. Marilah kita jaga anak-anak kita dengan penanamaan akidah islam yang kaffah dan penguatan nilai-nilai kerasulan dalam setiap langkah dan aktivitasnya. Berikan pendidikan terbaik sebagai sarana pencerdasan. Dekatkan dengan al-quran karena inilah kunci kesuksesan seorang muslim. Sehingga nanti tidak menjadi generasi-generasi yang bodoh serta tunduk kepada musuh-musuh Islam. Semoga melalui tulisan ini kita semua tergugah untuk bangkit membangun satu peradaban utama dengan mempersiapkan generasi – generasi rabbani menuju baldatun toyyibatun warobbun ghafuur.

Amiiin.


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori :

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website